Menyimak dan membaca mempunyai
persamaan ; kedua-duanya bersifat reseptif, bersifat menerima ( Brooks, 1964:
134 ) ; bedanya : menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan
membaca menerima informasi dari sumber tertulis. Dengan kata lain : menyimak
menerima informasi dari kegiatan berbicara, sedangkan membaca menerima
informasi dari kegiatan menulis. Keterampilan menyimak juga merupakan dasar
atau faktor penting bagi suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara
efektif.
Penelitian
yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan
penting antara membaca dan menyimak, antara lain :
a. Pengajaran serta
petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan,
dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.
b. menyimak merupakan cara atau
mode utama bagi pelajaran lisan ( verbalized learning ) selama tahun-tahun
permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam
membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yanglebih tinggi dengan lebih
banyak melalui menyimak tinimbang membaca.
c. Walaupun menyimak pemahaman (
listening comprehension ) lebih unggul daripada membaca pemahaman ( reading
comrehension ), namun anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan/ memakai/ menguasai sejumlah
fakta yang mereka dengar.
d. Oleh karena itu para pelajar
membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur
lagi, agar hasil pengajaran itu baik.
e. Kosa kata atau perbendaharaan
kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran
dalam belajar membaca secara baik.
f. Bagi para pelajar yang lebih
besar atau tinggi kelasnya. Korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak
( reading vocabulary dan listening vocabulary ) sangat tinggi , mungkin 80%
atau lebih.
g. Pembeda-bedaan atau
diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubugkan dengan membaca yang
tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan
dalam ketidakmampuan dalam membaca ( poor reading )
h. Menyimak turut membantu sang
anak untuk menangkap ide utama yang disampaikan oleh pembicara ; bagi pelajar
yang lebih tinggi kelasnya , membaca lebih unggul dari pada menyimak sesuatu
yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci.
Selagi ketetrampilan menyimak dan
membaca erat hubungannya, maka peningkatan pada yang satu turut pula
menimbulkan peningkatan pada yang lain. Kedua-duanya merupakan proses saling
mengisi. Membaca hendaklah disertai oleh diskusi ( sebelum, selama dan sesudah
membaca ) kalau kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa kata, pemahaman
umum, serta pemilihan ide-ide para pelajar yang kita asuh. ( Dawson [et al ]
1963 : 29-30 )
Keterampilan berbahasa (language
arts, language skills) dalam hal ini dibagi menjadi empat segi yaitu:
* Keterampilan menyimak (listening skills)
* Keterampilan berbicara (speaking skiils)
* Keterampilan membaca (reading skills)
* Keterampilan menulis (writing skills)
Setiap keterampilan itu erat
sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka
ragam. Dalam keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan
urutan yang terakhir mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa,
kemudian berbicara, sesudah itu kita membaca dan menulis. Dari keempat
keterampilan tersebut diatas pada dasarnya merupakan satu kesatuan dan catur
tunggal.
Setiap keterampilan itu erat pula
berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah
dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan
dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan
berbahasa berarti melatih keterampilan berpikir.
Untuk mendapat keterampilan yang
lebih jelas, maka berikut ini akan dibahas sepintas kilas hubungan antara
keempat keterampilan itu.
1. Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang langsung merupakan komunikasi tatap muka atau
face to face cominication. (Brooks, 1964:134).
Antara berbicara dan menyimak
terdapat hubungan yang erat ternyata dari hal-hal berikut ini:
1. Ujaran (speech) biasanya
dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi), oleh karena itu model atau
contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam
penguasaan serta kecakapan berbicara.
2. Kata-kata yang akan dipakai
serta kita pelajari biasanya ditentukan oleh pengarang (stimuli) yang ditemui, misalnya:
kehidupan desa,kota dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau
pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasanya.
3.Meningkatkan keterampilan
menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
4. Bunyi suara merupakan suatu
faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata.
5. Berbicara dengan bantuan
alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penagkapan informasi yang
lebih baik pada pihak penyimak.
1. Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca mempunyai persamaan,
kedua-duanya bersifat reseprif, bersifat menerima. Bedanya menyimak adalah
menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari
sumber tertulis. Dengan kata lain menyimak menerima informasi dari perkataan
berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis.
Keterampilan menyimak juga
merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam belajar membaca
secara efektif. Penelitian para pakar atau para ahli telah memperlihatkan
beberapa hubungan antara membaca dengan menyimak sebagai berikut:
a. Pengajaran serta
petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh sang guru melalui bahasa
lisan, dan kemampuan sang siswa untuk menyimak dengan pemahaman.
b. Menyimak merupakan cara atau
mode utama bagi pelajaran lisan (varbilized learning)
c. Para siswa membutuhkan
bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi agar
hasil pengajaran itu baik.
d. Kosa kata simak (listening
vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran
dalam belajar membaca secara baik.
e. Pembeda-bedaan atau
diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubungkan dengan membaca yang
tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan
dalam ketidakmampuan membaca (poor reading)
Selagi keterampilan-keterampilan
menyimak dan membaca erat berhubungan, maka peningkatan pada yang satu huruf
pula menimbulkan peningkatan pada yang lain, kedua-keduanya merupakan proses
yang saling mengisi.
Selanjutnya seorang pakar lain mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut:
*.Baik membaca maupun menyimak
menuntut dari para siswa pemilikan suatu kesiapan kecakapan. Hal ini mencakup
kedewasaan mental, kosa kata kemampuan mengikuti urutan ide-ide, dan minat
terhadap bahasa
*.Baik dalam membaca maupun
menyimak biasanya kata bukanlah merupakan kesatuan pemahaman terhadap
frase,kalimat,dan paragraph.
* Membaca maupun menyimak dapat
berlangsung dalam situasi-situasi individual atau social.
* Untuk meningkatkan hasil yang
hendak dicapai dalam membaca, maka seyogianyalah setiap keterampilan menyimak
diikuti oleh kegiatan membaca yang sesuai dengan tujuan menyimak tersebut.
Adapun hubungan antara tujuan
menyimak dan kegiatan membaca yaitu:
Tujuan Menyimak Kegiatan Membaca
Untuk membedakan dan menemukan
Unsure-unsur fonetik dan struktur
kata lisan.
Mempergunakan
cuplikan-cuplikan yang mengandung kata-kata yang bersajak.
Untuk menemukan dan
memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-kata, atau ide-ide baru kepada penyimak. Membaca nyaring, langsung atau
buatan,dalam hal ini rekaman dapat digunakan.
Menyimak serta terperinci agar
dapat mengiterprestasikan ide pokok dan menanggapinya secara tepat. Sesudah menyimak, menunjukkan
ide-ide beserta detail-detai yang terpancar darinya.
1. Berbicara dan Membaca
Beberapa proyek penelitian telah
memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan lisan
dengan kesiapan membaca. Telaah-telaah tersebut memperlihatkan bahwa
kemampuan-kemampuan umum berbahasa lisan turut memperlengkapi suatu latar belakang
pengalaman yang menguntungkan serta ketentraman bagi pengajar membaca.
Kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancer. Kosa kata yang luas
dan beraneka ragam. Penggunaan-penggunaan kalimat lengkap dan sempurna bila
diperlukan, pembedaan pandangan yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta
menelusuri perkembangan urutan suatu cerita atau menghubungkan aneka kejadian
dalam urutan yang wajar.
Aneka hubungan antara bidang
kegiatan lisan dan membaca telah dapat kita ketahui dalam beberapa telaah penelitian
antara lain:
* Penformansi atau penampilan membaca
berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.
* Polo-pola ujaran orang yang tuna aksara
atau buta huruf mungkin sekali mengganggu pelajaran membaca bagi siswa-siswi.
* Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan
haruslah diajarkan secara langsung, andaikata muncul kata-kata baru dalam buku
bacaan siswa, maka hendaklah guru mendiskusikannya dengan siswa agar mereka
memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya.
D .Ekpresi Lisan dan Ekspresi
Tulisan
Adalah wajar bila komunikasi
lisan dan komunikasi tulisan erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai
banyak kesejajaran bahkan kesamaan, yaitu:
v Seorang siswa belajar berbicara
jauh sebelumnya dia dapat menulis, dan kosa kata, pola-pola kalimat, serta
organisasi ideide yang memberi ciri-ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi
ekspresi tulis berikutnya.
v Aneka perbedaan pun terdapat
antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung kea rah
kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetep, tetapi biasanya
lebih kacau serta membingungkan dibandingkan ekspresi tulis. Kebanyakan pidato
atau pembicaraan bersifat informal, dan sering kali kalimat-kalimat orang yang
berpidato atau yang berbicara itu tidak ada hubungannya satu sama lain.
v Membuat catatan serta merakit
bagan atau kerangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan
menolong kita untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar.
Biasanya bagan yang dipakai sebagai pedoman dalam berbicara sudahlah cukup
memadai kecuali dalam kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan
penulisamn naskah yang lengkap sebelumnya.
Agar kita mendapat gambaran yang
jelas mengenai keempat jenis keterampilan berbahasa tersebut serta hubungannya
satu sama lain, marilah kita perhatikan dibawah ini;
Langsung Langsung
Apresiatif Komunikasi Berbicara produktif
Reseptif Menyimak Tatap
muka Ekspretif
Fungsional
Keterampilan
Berbahasa
Tak langsung produktif
ekspresif
Menulis
Komunikasi tidak tatap muka
Tak langsung
Membaca, afresiatif, reseptif
Fungsional
KESIMPULAN DAN PENUTUP
1. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan ketiga
keterampilan lainnya dengan cara beraneka ragam.
2. keterampilan bahasa yang dalam bahasa inngris disebut “language (art
and skills)” istilah art “seni,kiat” dipergunakan untuk melukiskan sesuat yang
bersifat personal, kreatif, dan original. Sebaliknya kata skills “keterampilan”
dipakai untuk menyatakan sesyatu yang bersifat mekanis,eksak, impersonal.
3. menyimak dan membaca erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya
merupakan alat intuk menerima komunikasi.
4. beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang
erat antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan dengan kesiapan membaca.
Telaah-telaah tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan-kemampuan umum berbahasa
lisan turut memperlengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan
serta ketentraman bagi pengajaran membaca.
Keterampilan Berbahasa
KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA
Keterampilan berbahasa Indonesia
diberikan kepada guru, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa guru
Sekolah Dasar. Keterampilan berbahasa Indonesia mencakup: Keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan
membaca. Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa
keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Mari perhatikan kehidupan
masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan dengan cara
berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua arah, dan
multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada
orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut. Misalnya,
khotbah jumat dan berita di TV atau radio. Komunikasi dua arah terjadi ketika
pemberi pesan dan penerima pesan saling menanggapi isi pesan. Komunikasi multi
arah terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan yang jumlahnya lebih dari
dua orang saling menanggapi isi pesan (Abd. Gofur, 1: 2009)
Dalam kegiatan komunikasi,
pengirim pesan aktif mengirim pesan yang diformulasikan dalam lambang-lambang
berupa bunyi atau tulisan. Proses ini disebut dengan encoding. Selanjutnya si
penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang tersebut menjadi bermakna
sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses ini disdebut dengan
decoding.
B. Aspek-aspek Keterampilan
berbahasa
Sehubungan dengan penggunaan
bahasa, terdapat empat keterampilan dasar berbahasa yaitu, menyimak, berbicara,
menulis, dan membaca. Keempat keterampilan tersebut saling terkait antara yang
satu dengan yang lain.
B.1. Hubungan Menyimak dengan
Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Menyimak bersifat reseptif,
sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya, komunikasi yang terjadi antar
teman, antara pembeli dan penjual atau dalam suatu diskusi di kelas. Dalam hal
ini A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B yang berbicara dan A mendengarkan.
Namun ada pula dalam suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi
noninteraktif, yaitu satu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya
mendengarkan. Misalnya Khotbah di masjid, dimana pemceramah menyampaikan
ceramahnya, sedangkan yang lainnya hanya mendengarkan.
Terkait dengan kegiatan
pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memodifikasi aktivitas pembelajaran
agar siswa mampu untuk melaksanakan kegiatan komunikasi baik satu arah, dua
arah, maupun multi arah. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah dengan metode
diskusi kelompok, Tanya jawab, dan sebagainya.
B.2. Hubungan Menyimak dan
Membaca
Menyimak dan membaca sama-sama
merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Menyimak berkaitan
dengan penggunaan bahasa ragm lisan, sedangkan membaca merupakan aktivitas
berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca malakukan aktivitas
pengidentifikasian terhadap unsure-unsur bahasa yang berupa suara (menyimak),
maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti diikuti dengan proses
decoding guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasi.
Keterampilan menyimak merupakan
kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses
pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa
itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada akhirnya memahami apa
yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut;
mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi atau menafsirkan, memahami,
menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak
memiliki tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk; mendapatkan fakta, manganalisa
fakta, mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan
kemampuan berbicara.
Menyimak memiliki jenis-jenis
sebagai berikut:
1. Menyimak kreatif: menyimak
yang bertujuan untuk
mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitas pembelajar.
2. Menyimak kritis: menyimak yang
dilakukan dengan sungguh-
sungguh untuk memberikan
penilaian secara objektif.
3. Menyimak ekstrinsik: menyimak
yang berhubungan dengan hal-hal
yang tidak umum dan lebih bebas.
4. Menyimak selektif: menyimak
yang dilakukan secara sungguh-
sungguh, dan memilih untuk
mencari yang terbaik.
5. Menyimak sosial: menyimak yang
dilakukan dalam situasi-situasi
sosial.
6. Menyimak estetik: menyimak
yang apresiatif, menikmati keindahan
cerita, puisi,
dll.
7. Menyimak konsentratif:
menyimak yang merupakan sejenis telaah
atau menyimak untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk.
B.3. Hubungan Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan
aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang
bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif.
Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk
tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mencoba memahami gagsan, perasaan atau
informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.
Membaca adalah suatu proses
kegiatan yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui
tahap-tahap tertentu (Burns, 1985). Proses tersebut berupa penyandian kembali
dan penafsiran sandi. Kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan,
frasa, kalimat, dan wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya
(Anderson, 1986). Lebih dari itu, pembaca menghubungkannya dengan kemungkinan
maksud penulis berdasarkan pengalamannya (Ulit, 1995). Sejalan dengan hal
tersebut, Kridalaksana (1993) menyatakan bahwa membaca adalah keterampilan
mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambing-lambang grafis dan
perubahannya menjadi bicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau
pengujaran keras-keras. Kegiatan membaca dapat bersuara nyaring dan dapat pula
tidak bersuara (dalam hati).
Menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambing-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafis
tersebut (Bryne, 1983). Lebih lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada
hakikatnya bukan sekedar menulis symbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata,
dan kata-kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi
mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui
kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah
pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca.
Secara singkat dapat dikatakan
bahwa dalam kegiatan karang-mengarang, pengarang menggunakan bahasa tulis untuk
menyatakan isi hati dan buah pikirannya secara menarik kepada pembaca. Oleh
karena itu, di samping harus menguasai topik dan permasalahannya yang akan
ditulis, penulis dituntut menguasai komponen (1) grafologi, (2) struktur, (3)
kosakata, dan (4) kelancaran.
Aktivitas menulis mengikuti alur
proses yang terdiri atas beberapa tahap. Mckey mengemukakan tujuh tahap yaitu
(1) pemilihan dan pembatasan masalah, (2) pengumpulan bahan, (3) penyusunan
bahan, (4) pembuatan kerangka karangan, (5) penulisan naskah awal, (6) revisi,
dan (7) penulisan naskah akhir.
Secara padat, proses penulisan
terdiri atas lima tahap yaitu; (1) pramenulis, (2) menulis, (3) merevisi, (4)
mengedit, dan (5) mempublikasikan.
1. Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap
persiapan. Pada tahap ini seorang penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya
menemukan ide/gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih
bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka dan mengumpulkan bahan-bahan.
Ide tulisan dapat bersumber dari
pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan imajinasi. Oleh karena itu, pada tahap
pramenulis diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang berupa
idea tau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas,
misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
Penentuan tujuan menulis erat
kaitannya dengan pemilihan bentuk karangan. Karangan yang bertujuan menjelaskan
sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan eksposisi; karangan yang bertujuan
membuktikan, meyakinkan, dan membujuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan
persuasi. Karangan yang bertujuan melukiskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk
karangan deskripsi. Di samping seorang penulis dapat memilih bentuk prosa,
puisi, atau drama untuk mengkomunikasikan gagasannya.
2. Menulis
Tahap menulis dimulai dari menjabarkan
ide-ide ke dalam bentuk tulisan. Ide-ide dituangkan dalam bentuk satu karangan
yang utuh. Pada tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik
penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan
gaya bahasa, dan pembentukan kalimat. Sedangkan teknik penulisan diterapkan
dalam penyusunan paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.
3. Merevisi
Pada tahap merivisi dilakukan
koreksi terhadap keseluruhan paragraf dalam tulisan. Koreksi harus dilakukan terhadap
berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan
meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas serta sistematika penalarannya.
Sementara itu aspek kebahasaan meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaan
dan tanda baca.
4. Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap
sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini
diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk
tulisan, dan pengaturan spasi. Proses pengeditan dapat diperluas dan
disempurnakan dengan penyediaan gambar atau ilustrasi. Hal itu dimaksudkan agar
tulisan itu menarik dan lebih mudah dipahami.
5. Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua
pengertian. Pengertian pertama, berarti menyampaikan karangan kepada public
dalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian yang kedua disampaikan dalam bentuk
noncetakan. Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan,
penceritaan, peragaan, dan sebagainya.
B.4. Hubungan Menulis dengan
Berbicara
Berbicara dan menulis merupakan
kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam
lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada
umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara
merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat langsung.
Berbicara pada hakikatnya
merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam proses itu terjadi pemindahan
pesan dari satu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan). Pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam symbol-simbol yang
dipahami oleh kedua belah pihak (Abd. Gofur, 6 : 2009)
Aspek-aspek yang dinilai pada
kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan nonkebehasaan. Aspek
kebahasaan terdiri atas; ucapan atau lafal, tekanan kata, nada dan irama,
persendian, kosakata atau ungkapan, dan variasi kalimat atau struktur kalimat.
Aspek nonkebahsaan terdiri atas; kelancaran, penguasaan materi, keberanian,
keramahan, ketertiban, semangat, dan sikap.
Langkah-langkah yang harus
dikuasai oleh seorang pembicara yang baik adalah:
1. Memilih topik, minat
pembicara, kemampuan berbicara, minat pendengar, kemampuan mendengar, waktu
yang disediakan.
2. Memahami dan menguji topik,
memahami pendengar, situasi, latar belakang pendengar, tingkat kemampuan,
sarana.
3. Menyusun kerangka pembicaraan,
pendahuluan, isi dan penutup.
Keterampilan berbahasa mencakup
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan
keterampilan membaca. Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca merupakan
dua kemampuan berbahasa yang bersifat aktif reseptif.
Komunikasi dapat berupa
komunikasi satu arah, dua arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi
ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan
tidak menanggapi isi pesan tersebut. Komunikasi dua arah terjadi ketika pemberi
pesan dan penerima pesan saling menanggapi isi pesan. Komunikasi multi arah
terjadi ketika pemberi pesan dan penerima pesan yang jumlahnya lebih dari dua
orang saling menanggapi isi pesan.
Dalam kegiatan komunikasi,
pengirim pesan aktif mengirim pesan yang diformulasikan dalam lambang-lambang
berupa bunyi atau tulisan. Proses ini disebut dengan encoding. Selanjutnya si
penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang tersebut menjadi bermakna sehingga
pesan tersebut dapat diterima secara utuh. Proses ini disdebut dengan decoding.
Dalam berkomunikasi kita
menggunakan keterampilan berbahasa yang telah kita miliki meskipun setiap orang
memiliki tingkatan atau kualitas yang berbeda. Orang yang memiliki keterampilan
berbahasa secara optimal setiap tujuan komunikasinya dapat dengan mudah
tercapai. Sedangkan bagi orang yang memiliki tingkatan keterampilan berbahasa
yang sangat lemah sehingga bukan tujauannya yang tercapai tetapi malah terjadi
kesalahpahaman.
Kegiatan berbahasa yang pertama
kali dilakukan adalah kegiatan menyimak atau mendengar apa yang dituturkan
orang lain melalui sarana lisan. Secara alami bahasa bersifat lisan dan
terwujud dalam kegiatan berbicara dan pemahaman terhadap pembicaraan yang
dilakukan. Hal itu akan lebih nyata terlihat pada masyarakat bahasa yang belum
mengenal sistem tulisan. Pada umumnya, dalam masyarakat, proses bahasa secara
lisan jauh lebih banyak daripada bahasa tulisan. Oleh karena itu, keterampilan
menyimak dan membaca perlu mendapat perhatian yang memadai.
URAIAN
Keterampilan berbahasa dalam
kurikulum di sekolah mencakup empat aspek, yaitu (a) keterampilan menyimak, (b)
keterampilan berbicara, (c) keterampilan membaca, dan (d) keterampilan menulis.
Namun dalam uraian ini kami akan membahas mengenai aspek keterampilan berbahasa
bersifat reseptif (menerima). Adapun aspek tersebut adalah keterampilan
menyimak dan keterampilan membaca. Penjelasan kedua aspek tersebut sebagai
berikut.
1. Keterampilan Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Menyimak adalah suatu
proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informas, menangkap
isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1980:19).
b. Jenis situasi dalam menyimak
1. Situasi Mendengarkan secara Interaktif
Terjadi dalam
percakapan tatap muka, di telepon atau sejenisnya. Secara bergantian subjek (2
orang atau lebih) melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara. Sehingga kita
memiliki kesempatan bertanya guna mendapatkan penjelasan, meminta lawan bicara
mengulang apa yang telah diucapkannya atau meminta lebih pelan dalam berbicara.
2. Situasi mendengarkan secara
Non-Interaktif
Kita tidak dapat meminta penjelasan
dari pembicara, tidak bisa meminta pembicara mengulangi apa yang diucapkan dan
kita juga tidak dapat meminta pembicaraan di perlambat. Contoh : mendengarkan
radio, mendengarkan acara-acara seremonial, nonton TV, dan mendengarkan khotbah.
c. Jenis-jenis menyimak
Jenis menyimak dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif
adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan atau mengenai hal-hal
yang lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah
bimbingan langsung seorang guru (Tarigan, 1980:23). menyimak ekstensif dibagi
empat, yaitu:
1. Menyimak sosial
Menyimak sosial atau menyimak
konversasional ataupun menyimak sopan biasanya berlangsung dalam
situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai
hal-hal yang menarik perhatian semua oran dan saling mendengarkan satu sama
lain untuk membuat responsi-responsi yang pantas, mengukuti detail-detail yang
menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang
dikemukakan oleh seorang rekan.
2. Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis
kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif.
3. Menyimak estetik
Menyimak estetik atau yang disebut
juga menyimak apresiatif adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara
kebetulan.
4. Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa
tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar
dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih, serta
menguasai sesuatu bahasa.
Menyimak intensif dibagi menjadi
enam yaitu sebagai berikut.
1. Menyimak kritis
Menyimak kritis adalah sejenis
kegiatan menyimak, yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya (atau tiadanya) keasliannya,
ataupun prasangka serta ketidaktelitian-ketidaktelitian yang akan diamati.
2. Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif merupakan
menyimak yang merupakan sejenis telaah.
3. Menyimak kreatif
Menyimak kreatif mengakibatkan
dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imajinatif
kesenangan-kesenangan akan bunyi, visi atau penglihatan gerakan, serta
perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa yang didengarnya.
4. Menyimak eksploratori
Menyimak eksploratori atau menyimak
penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan tujuan yang
agak lebih sempit.
5. Menyimak interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis
menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan
perhatian dan pemilihan karena si penyimak harus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
6. Menyimak selektif
Menyimak selektif adalah Penyimak
yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu
diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang diterima ditelan mentah-mentah,
tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat inti.
2. Keterampilan Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca adalah pemrosesan kata-kata,
konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang
berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian,
pemahaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang
telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan (Farris,
1993:304).
b. Tujuan membaca
· Memahami aspek kebahasaan (kata,
frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks.
· Memahami pesan yang ada dalam teks.
· Mencari informasi penting dari teks.
· Mendapatkan petunjuk melakukan sesuatu
pekerjaan atau tugas.
· Menikmati bacaan, baik secara tekstual
maupun kontekstual.
c. Metode Pengajaran Membaca
Terdapat beberapa metode
pengajaran membaca yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
1. Metode Reseptif
Metode ini mengarah ke proses
penerimaan isi bacaan maupun simakan baik tersurat maupun tersirat. Metode
tersebut sangat cocok diterapkan kepada siswa yang dianggap telah banyak
menguasai kosakata, frase, maupun kalimat. Yang dipentingkan bagi siswa dalam
suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan atau simakan diserap dengan bagus.
2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan komunikatif
harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke
dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret
yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah
informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis
3. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan
beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya beberapa aspek dalam satu bidang
studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara
dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca.
4. Metode Partisipatori
Metode ini lebih menekankan
keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan
belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif,
siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bertindak sebagai pemandu atau
fasilitator. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai
berperan sebagai moderator yang kreatif.
PEMBAHASAN
Setelah membahas mengenai kedua
keterampilan berbahasa reseptif yakni keterampilan menyimak dan keterampilan
membaca pada uraian di atas, jika kita teliti banyak sekali problematika yang
dihadapi oleh para guru jika berhadapan dengan siswa dalam kegiatan
pembelajaran khususnya pembelajaran menyimak dan membaca. Problematika berasal
dari bahasa Inggris Problematic artinya masalah, sedangkan problematika artinya
hal yang menimbulkan masalah, persoalan yang yang bisa dipecahkan, mesti tahu
jawabannya, mesti tidak dapat diatasi.
1. Problematika Keterampilan Menyimak
Banyak problematika yang dihadapi oleh para
penyimak atau pendengar maupun pembicara diantaranya sebagai berikut.
a. Faktor fisik
Lingkungan fisik atau keadaan
fisik seseorang berpengaruh besar pada keefektifan seseorang dalam menyimak.
Lingkungan yang tidak sesuai dengan situasi ketika menyimak akan berakibat
buruk pada hasil menyimak. Faktor lingkungan fisik tersebut misalnya ruangan
yang terlalu panas, lembap, ruangan yang terlalu dingin, suara atau bunyi
bising, benda-benda yang ada pada siswa seperti Handphone yang berdering, para
hadirin yang bergerak atau berjalan kian kemari sehingga mengganggu penyimak.
Sedangkan keadaan fisik yang dapat mengganggu penyimak diantaranya keadaan
fisik yang kurang stabil seperti sakit, suasana hati yang tidak mendukung,
gerak-gerik pembicara yang terlalu monoton, serta suara pembicara yang terlalu
keras atau pelan, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis ini berhubungan
erat dengan sikap-sikap atau sifat-sifat
pribadi, diantaranya (a)
prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara, (b) keegosentrisan
dan keasyikan terhadap minat-minat pribadi serta masalah-masalah pribadi, (c)
kurangnya pengetahuan atau wawasan penyimak kurang luas mengenai hal yang
dibahas sehingga asing bagi penyimak, dan (d) kebosanan atau tiadanya perhatian
pada pembicara maupun materi yang dibicarakan.
c. Ingatan Jangka Pendek (short-term
memory)
Seperti yang telah dibicarakan di
atas bahwa bayak sekali permasalah yang dihadapi ketika menyimak. Di bawah ini
akan dijelaskan beberapa permasalahan lagi yang berkaitan dengan ingatan jangka
pendek. Tidak sedikit para penyimak mempunyai memori yang kurang bagus dalam
menyimak, terkadang banyak siswa yang ingatannya kurang bagus atau ingatannya
hanya untuk jangka pendek saja sehingga berakibat hasil simakan kurang efektif.
2. Problematika Keterampilan Membaca
Dalam membaca banyak problematika
yang dihadapi oleh pembaca, diantaranya adalah:
a. Faktor fisik
Lingkungan fisik atau keadaan
fisik seseorang berpengaruh besar pada keefektifan seseorang dalam membaca.
Lingkungan yang tidak sesuai dengan situasi ketika membaca akan berakibat buruk
pada hasil membaca. Faktor lingkungan fisik tersebut misalnya ruangan yang
terlalu gelap, benda-benda yang ada pada siswa seperti Handphone yang berdering
sehingga mengganggu konsentrasi membaca. Sedangkan keadaan fisik yang dapat
mengganggu pembaca diantaranya keadaan fisik yang kurang stabil seperti sakit, suasana
hati yang tidak mendukung, kurang tidur atau mengantuk, mata yang sudah tidak
normal, seperti rabun, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis ini berhubungan
erat dengan sikap-sikap atau sifat-sifat
pribadi, salah satunya tidak senang dengan bahan bacaan yang dibaca.
c. Ingatan Jangka Pendek
(short-term memory)
terkadang seseorang tidak
memahami apa yang telah dibacanya. Itu semua disebabkan kurangnya konsentrasi
dan minat dalam membaca. Kadang apa yang sekarang dibaca, keesokan harinya
sudah lupa karena pembaca tidak memahami apa yang dibacanya.
SIMPULAN
Memahami bahasa yang dituturkan
oleh pihak lain adalah sebuah proses decoding, yakni meresapkan kode-kode yang
diterima ke dalam pemahamannya, baik kode-kode tersebut melalui sarana bunyi
maupun tulisan. Kemampuan tersebut merupakan kemampuan aktif seseorang dalam
berbahasa, dan biasa disebut dengan kemampuan aktif reseptif.
Keterampilan menyimak dan
keterampilan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif.
Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca
merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca malakukan
aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara
(menyimak), maupun berupa tulisan (membaca).
Problematika, baik itu problematika
menyimak maupun membaca, yang dihadapi oleh penyimak atau pembicara; penulis
atau pembaca, dapat diatasi yaitu dengan mencari permasalahan yang dihadapi
individu dalam hal ini yakni siswa-siswi. Permasalahan tersebut dapat diketahui
melalui beberapa cara, diantaranya dengan mengadakan tes karena melalui tes
tersebut dapat diketahui seberapa efektif siswa dalam menyimak maupun membaca.
Selain itu, dengan mengadakan wawancara dengan siswa mengenai apa yang menjadi
kendala dalam kegiatan menyimak dan membaca. Setelah menemukan permasalahan
yang dihadapi oleh siswa barulah dirancang suatu strategi untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
terima kasih
BalasHapussangat membantu,,,namun referensinya mana yaa
iya referensi dari mana
BalasHapus